Tuesday, January 31, 2012

Kota-kota menawan di Normandia (Bagian 1) : Giverny, Rouen dan Avranches

Perjalanan di liburan musim panas tahun ini terasa beda. Ini karena si sulung tidak bersama kami dan sedang berjuang untuk sidang sarjananya. Seperti biasa dengan persiapan berbulan-bulan sebelumnya, rute perjalanan dan reservasi hotel sudah disiapkan. Setelah mengunjungi Disneyland Paris selama dua hari, kami kemudian melanjutkan liburan ke Normandia selatan. Kami mengunjungi beberapa kota dengan tujuan utama adalah Le Mont St. Michel di dekat Avranches. Jarak yang ditempuh pada hari itu adalah sekitar 400 km.
Dari Paris ke Le Mont St. Michel di Avranches
 Kota pertama yang akan dikunjungi adalah Giverny di sebelah barat kota Paris. Giverny lebih tepat disebut desa yang berada antara Paris dan Rouen. Desa ini menjadi terkenal karena adanya rumah dan taman yang dulu ditempati oleh pelukis Monet. Banyak lukisan Monet yang bernuansa bunga dan taman dilukis di desa ini. Jarak sekitar 110 km sebetulnya dapat ditempuh dalam satu seperempat jam, tapi karena kepadatan di outer ring road yang mengitari Paris, lama perjalanan menjadi hampir dua setengah jam.
Setelah keluar di highway A-13, kami memasuki jalan desa kecil yang melintas hutan dan padang rumput. Beberapa desa kecil yang terlewati mempunyai ciri khas yang sama. Rumah batu tua yang menempel ke sisi jalan dengan taman yang dipenuhi bunga. Tidak heran Monet dan banyak pelukis di masa itu memiliki rumah di daerah ini. Pemandangan di sekitar desa ini memang menyejukkan hati. Jalan batu kecil diantara rumah-rumah dengan taman yang penuh bunga dan pepohonan. Beberapa rumah telah berubah menjadi galeri lukisan, restauran atau toko antik.

Sayangnya sewaktu tepat memasuki desa Giverny hujan turun deras sekali, sehingga mengurungkan rencana untuk menjelajahi taman Monet yang luas. Akhirnya dengan berpayung kami menyusuri jalan di sekitar museum dan taman Monet. Hujan lebat di siang hari banyak mengurungkan niat para turis lainnya. Kalau tidak memasuki restauran sebagian turis memasuki museum atau galeri lukisan.

Kami akhirnya memasuki toko kecil yang terlihat semarak dengan berbagai bunga di depannya. Aneka suvenir bernuansa bunga ada disitu dan harum bunga langsung memenuhi rongga hidung sewaktu memasuk toko kecil itu. Sayangnya kami tidak menemukan postcard dan magnet yang khas daerah ini disitu. Sebagai gantinya kami membeli sebotol eau de toilette buatan asli daerah ini yang segar karena gabungan harum bunga dan buah peach.
 Selanjutanya kami mampir ke kota kecil Vernon yang berada kurang lebih sekitar 20 menit dari desa Giverny untuk beristirahat dan makan siang. Ternyata kota ini menarik juga dan terlihat sepi pada jam satu siang di hari kerja. Gedung kotapraja dan katedralnya menarik dan lumayan besar. Yang lebih menarik adalah bangunan kayu unik di dekat gereja yang tampak miring tapi masih ditempati sebagai kantor. Kami mengisi perut dengan hidangan ala Turki yaitu donner kebab lengkap dengan salad dan goreng kentangnya.


Kunjungan berikutnya adalah ke kota Rouen, ibukota provinsi Normandy. Setelah menempuh perjalanan selama 65 km di highway ke arah barat Vernon, kami tiba di kota yang dikenal sebagai kota cahaya di lembah sungai Seine. Di bagian kota tuanya, katedral Notre Dame yang megah dengan menara tiga warna, hitam, hijau dan putih, menjadi tengara di kota ini.

Tidak jauh dari gereja, jalan kecil berbatu melintas sederetan bangunan kayu yang bagian bawahnya menjadi toko atau restauran. Jalan yang tertutup untuk mobil ini dipenuhi orang yang lalu lalang mengunjungi berbagai tempat menarik di bagian tua dari kota Rouen.

Menurut catatan sejarah, pada tanggal 30 Mei 1431 Joan of Arc dibakar di dekat Old Market place. Sebuah salib besar menandai lokasi itu sekarang yang tidak begitu jauh dari gedung pengadilan yang megah dan gereja St of Joan of Arc.

Diantara deretan bangunan tua di tengah kota, terlihat dari jauh sebuah jam besar menempel di bangunan bergaya Gotik dan Renaisans yang menaungi lintasan jalan kaki. Konon, jam ini termasuk salah satu jam mekanik tertua di Eropa, yang mulai dioperasikan semenjak abad ke-14 sampai tahun 1928, tanpa sekalipun berhenti. Bangunan jam besar ini (Le Gros Horloge) diapit oleh berbagai bangunan kayu tua dengan arsitektur yang menarik.

Perjalanan sejauh 230 km menuju Mont St. Michel masih harus dilalui setelah keluar dari kota Rouen. Mont St. Michel yang berada dekat kota Avranches adalah tujuan terakhir hari ini. Setelah check in di hotel yang berada sedikit di luar kota Avranches, kami bersiap-siap untuk menikmati makan malam spesial merayakan ulang tahun Karina ke-17.

Di Mont St. Michel, kami menikmati hidangan pembuka khas daerah ini yaitu moules mariniere, dan lamb stew sebagai hidangan utama. Makan malam yang agak terlambat ini terasa mengesankan, karena di luar restauran tampak pemandangan ke arah Mont St. Michel dengan latar belakang langit senja berwarna jingga.
Lokasi restauran memang sangat dekat dengan Mont St. Michel karena berada di pintu masuk causeway (jalan lintas) yang menghubungkan daratan dengan Mont St. Michel.


Usai makan malam, dalam perjalanan kembali ke hotel kami masih bisa menikmati pemandangan luar biasa ke arah Mont St. Michel. Di kegelapan malam dan padang terbuka, tampak pulau karang yang menjulang dengan menara gereja diatasnya serta lampu-lampu menyinari seluruh dinding gereja dan bangunan-bangunan di sekitarnya, sungguh cantik dan bernuansa misteri. Sayang kamera kami tidak mampu untuk merekam keindahan Mont St. Michel di waktu malam.

Monday, January 30, 2012

Perjalanan ke Venezia

Pada perjalanan liburan keluarga di liburan musim gugur ini kami mengunjungi beberapa kota di Italia. Bermula di Venezia, perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi kota-kota kecil seperti San Piere a Sieve, Fiesole, Siena, Pisa, Cortona, Arezzo, Orvieto selain Florence dan Roma.

Udara dingin pertengahan Oktober menyambut kami di airport Treviso Venezia. Perjalanan liburan kali ini kami lakukan dengan mengendarai mobil. Mobil sewaan kami ambil di airport Treviso Venezia dan akan kami kembalikan di airport Ciampino Roma di ahir perjalanan nanti. Biaya sewa mobil di Itali relatif murah, walaupun sudah ditambah biaya ekstra karena pengembalian mobil di lokasi yang berbeda. Perjalanan sebetulnya bisa dilakukan dengan kereta untuk berpindah dari satu kota ke kota lainnya. Tapi selain karena dengan bermobil kami bisa lebih bebas untuk berhenti dimana saja, bermobil berlima lebih ekonomis dibandingkan menggunakan kereta.

Mengendarai mobil di Italia perlu kerja sama yang baik antara supir dan navigator. Banyak cerita dari turis mancanegara tentang pengalaman mengendarai mobil di Italia yang dapat dibaca di internet. Salahnya adalah bersiap-siap beradu pendapat antara supir dan navigator. Supir harus tangkas dengan belokan atau perpindahan jalur yang agak singkat dari tanda pemberitahuan sebelumnya. Bantuan GPS sangat menolong, walau kadang-kadang ada alamat yang tidak tepat dengan data yang diperoleh dari Google maps.

Pengalaman hari pertama kami di Italia adalah kesulitan mencari lokasi tempat menginap yang sudah dipesan beberapa minggu sebelumnya. Ternyata penyebabnya adalah ketidaksesuaian data di GPS dengan alamat sebenarnya. Berdasarkan data GPS, yang kami panggil dengan sebutan “Jan” lokasi itu berada ditengah padang rumput luas tanpa satu bangunan pun. Ternyata lokasi sebenarnya sudah kami lewati tapi tidak terlihat karena kami asik memoloti si Jan ini. Untung siang hari terang benderang, kalau malam pastinya akan lebih susah lagi.

Camping Village Alba d’Oro adalah tempat kami menginap di Venezia. Karavan yang kami tempati memiliki dua kamar tidur dan dua kamar mandi, selain ruang tamu yang dilengkapi dapur mungil. Dengan tinggal di karavan seperti ini, kami bebas untuk mempersiapkan makanan di pagi hari dan malam hari. Fasilitas di camping village ini lumayan lengkap, karena selain karavan yang disewakan, juga terdapat restauran serta kolam renang. Mungkin karena sudah memasuki musim gugur, tidak banyak turis yang menginap disini dan kolam renang yang ada pun ditutup untuk sementara.

Venezia adalah pulau kecil yang dihubungkan dengan daratan Itali oleh jembatan Liberty yang dapat dilalui mobil dan kereta. Kota terdekat di seberang Venezia adalah Mestre, dan menjadi lokasi untuk memparkir mobil bagi turis yang ingin berkunjung ke Venezia. Membawa mobil masuk ke Venezia sebetulnya bisa saja, tapi tidak banyak manfaatnya. Selain karena jalan mobil yang terbatas, juga tempat parkir yang mahal sekali. Dengan menggunakan bis dari statsiun Mestre, kami memasuki Venezia pada petang hari.
Venezia yang kami temukan persis seperti yang banyak diceritakan orang. Gedung-gedung tua, piazza dan gereja dimana-mana. Penduduk asli Venezia sudah berpindah ke kota-kota kecil sekitar Venezia. Penghuni Venezia sekarang adalah para turis dan orang-orang yang aktivitasnya berkaitan dengan pariwisata. Jalan dan lorong diantara gedung-gedung menjadi area para turis berkelana. Selain berjalan kaki, tentunya turis dapat menggunakan gondola, tronchetto (versi sederhana dari gondola) atau vaporetto (bus air).

Tidak perlu khawatir bila tersesat di Venezia. Grand Canal yang membelah Venezia bisa menjadi acuan. Selain itu di gedung-gedung di persimpangan jalan atau lorong selalu tertempel di dindingnya petunjuk arah lokasi tempat-tempat turis yang terkenal. Jalan yang bersih serta kanal yang bebas sampah adalah andalan kota Venezia.

Beberapa tempat menarik yang menjadi tujuan turis diantaranya adalah jembatan Rialto, yang menghubungkan kedua sisi grand canal. Jembatan tertua di Venezia ini yang dibangun antara tahun 1588-1591 oleh Antonio da Ponte menjadi salah satu tempat terbaik untuk berfoto dan menikmati pemandangan ke arah grand canal yang dipenuhi oleh gondola, tronchetto dan vaporetto.
Melewati jembatan ini ke arah Piazza San Marco (St. Mark Square), kami menyusuri pingir kanal yang dilewati oleh gondola dan menapaki jalan kecil disela-sela gedung tua. Piazza San Marco adalah lapangan terbuka yang terbesar di Venezia yang merupakan tempat terpopuler untuk para turis, fotografer dan burung merpati. Piazza yang dibangun di abad ke sembilan ini dikelilingi Basilika San Marco, dan St Mark’s Clocktower yang bersebelahan dengan gedung Procuratie berbentuk huruf U yang merupakan kantor pemerintah Venezia.  Ujung lain dari Procuratie ini adalah Campanile Tower yang sering disebut dengan bell tower of San Marco Basilica.

Gedung Procuratie bergaya arsitektur Gotik, Klasik dan Neo Klasik ini terdiri dari Procuratie Vecchie dan Procuratie Nuove yang mengapit Wing Napoleon ditengahnya. Di bagian bawah gedung ini terdapat berbagai cafe dan restaurant tua yang chic dan eksklusif.

Basilika San Marco yang mulai dibangun pada tahun 832 AD memiliki arsitektur unik karena gabungan dari arsitektur bergaya Bizantinum, Romawi dan Arab. Basilika dengan bentuknya yang sekarang baru diselesaikan pada ahir abad sebelas. Gerbang pintu masuk katederal dengan empat patung kuda dari kuningan serta mosaik di atas pintunya menarik untuk diperhatikan pengunjung katederal ini.


 Disamping kiri Basilika San Marco adalah istana Ducal atau Palazzo Ducale yang menjadi kediaman dari Duke of Venice pada masa lalu. Istana Ducal yang diselesaikan pada tahun 1424 ini bergaya Gotik dengan tampak muka ke arah teluk Venezia dan Piazza San Marco. Venezia yang cantik dikenal sebagai kota mahal. Selain tarif parkir mobil yang mahal, tarif toilet umum juga mahal. Dengan mengeluarkan uang sebesar 1.5 euro barulah bisa kita menggunakan fasilitas ini. Bus air yang dikenal sebagai Vaporetto dapat membawa pengunjung Venezia menyusuri Grande Canal dengan membayar 6.5 euro untuk sekali jalan dari dekat statsiun bis di Piazzale Roma ke Piazza San Marco atau kebalikannya. Sedangkan bagi yang ingin menggunakan gondola harus merogoh saku lebih dalam lagi karena tarifnya sekitar 80 euro sejam.

Venezia yang tidak terlalu luas ini dapat juga dinikmati dengan berjalan kaki. Dengan berjalan santai kami bisa menikmati tontonan musik pengamen di taman-tamannya (campo), melihat berbagai toko yang menjual suvenir khas Venezia seperti topeng pesta yang cantik, serta menikmati pizza dan ice cream yang lezat.
Kami menikmati pemandangan Venezia di senja dan malam hari.
Setelah lampu-lampu mulai dinyalakan di sekitar Piazza San Marco, pemandangan menjadi spektakular dan semakin menggoda untuk berfoto disitu. Musik klasik yang dimainkan group-group kecil di depan restauran yang menyediakan tempat duduk di Piazza San Marco menambah indahnya suasana waktu itu.