Friday, July 12, 2013

Jalan-jalan ke daerah wisata Gunung Bromo


Bulan Juni adalah waktu yang tepat untuk berjalan-jalan ke puncak gunung Bromo. Setelah berkontak berkali-kali dengan penyelenggara trip ke daerah Bromo, akhirnya dipastikan kami berdua akan dijemput tengah malam (sekitar jam 24.30) di hotel tempat kami menginap di kota Malang. Sayang sekali kami menikmati hotel hanya beberapa jam saja, semenjak check in jam 15.30. Padahal guest house "Merbabu" yang kami tempati cukup menarik. Kelihatan bersih, hommy, dengan dekorasi interior yang simple dan chic.
Kendaraan yang menjemput dari Malang sejenis Isuzu Elf dengan tiga baris di belakang, tapi hanya diisi oleh enam penumpang saja. Karena tengah malam, tidak banyak yang bisa diceritakan selama perjalanan ke desa teratas sebelum puncak Bromo, yaitu Wonokirti. Sesampai di desa tersebut kami berenam (peserta open trip Bromo) dipindahkan ke hard top toyota jaman dulu. Dua bangku di belakang berhadap-hadapan diisi oleh dua pasang,sedangkan kami berdua menempati kursi di sebelah supir yang seharusnya untuk satu orang. Terbayang kan bagaimana sempitnya di duduk di depan berdua. Tidak lama menunggu, kami sudah berangkat ke arah Penanjakan, lokasi yang strategis untuk melihat sunrise di puncak gunung Bromo.
Walau masih gelap, suasana sudah ramai dipenuhi puluhan mobil jeep "hardtop" yang sama-sama menuju keatas. Mobil kami tidak bisa parkir sampai keatas, sehingga kami diturunkan agak jauh dari lokasi Pananjakan. Karena badan masih lemas, kurang tidur,  kami tidak menolak tawaran pengendara ojek yang membawa sampai ke atas ke dekat tangga. Suasana malam menjelang subuh itu luar biasa hiruk pikuk oleh kedatangan ratusan pengunjung yang memiliki tujuan sama, yaitu melihat sunrise di gunung Bromo.Setelah menaiki beberapa puluh anak tangga sampailah kami ke pelataran diatas yang cukup lebar dan disediakan bangku-bangku kayu cukup banyak. Tapi karena pengunjung melebihi kapasitas, untuk berdiri pun harus berdesak-desakan.

Sayang cuaca saat itu tidak mendukung untuk melihat sunrise yang cantik. Awan terlalu banyak menutupi gunung, sehingga sewaktu matahari muncul hanya semburat merah oranye sedikit yang terlihat. Pemandangan menjadi fantastis ketika matahari  naik cukup tinggi, karena baru kami menyadari bahwa posisi "Penanjakan" ini jauh lebih tinggi dari puncak gunung bromo. Jadi dari posisi ini kami lihat ke bawah ke arah puncak gunung Bromo yang mengepulkan asapnya, puncak gunung Batok dan di latar belakangi Puncak gunung Semeru yang tinggi.
Pemandangan lain yang menarik adalah setelah kami kembali menaiki "hardtop" dan turun menuju daerah pasir berbisik untuk mencapai kawah gunung bromo serta, padang rumput  savana dibaliknya. Jalan curam yang dilalui memang akan berat bila menggunakan mobil selain hardtop. Menurut pak supir, selama musim liburan seperti bulan Juni ini, bisa mencapai 500 mobil hardtop beroperasi mengantar pengunjung Bromo. Sewaktu kami tiba di padang rumput yang mirip di film anak-anak teletubies, sudah berjejer mobil hardtop yang mengantar pengunjung ke lokasi ini. Selain berfoto dan berjalan mendaki bukit cantik berwarna kuning , pengunjung dapat menikmati jajanan ringan dan minuman panas yang dijual oleh satu-satunya pedagang disini. Setelah dari semalam berkendaraan dan selama di Penanjakan tidak sempat menikmati minuman apapun, enak sekali minum teh panas dan pisang goreng pagi-pagi dengan udara yang cukup dingin.
Setelah menikmati savana kami dilarikan lagi dengan hardtop menuju daerah pasir berbisik, yang ternyata lokasi yang kami lewati sewaktu akan menuju savana. Daerah dekat kaki gunung Bromo ini memang eksotik dengan pasir hitam abu-abu dan meliputi area yang cukup luas. Karena semalam turun hujan cukup lama, maka pasirnya tidak berterbangan sewaktu mobil melewati daerah ini. Konon, kalau kemarau kering, pasir bisa sampai masuk ke hidung karena terbawa angin.
Perjalanan terakhir adalah menaiki punggung gunung Bromo menuju kawahnya yang mengeluarkan asap. Mobil diparkir jauh dari lokasi tangga menuju kawah, sehingga kuda menjadi andalan untuk pergi kesana. Sebetulnya hanya 1,5 km jarak dari parkiran mobil ke anak tangga pertama. Jadi kami berdua berjalan kaki diatas timbunan pasir halus menuju tangga.
Luar biasa pengalaman berjalan menanjak di atas pasir ini, lelah dan membuat nafas tersengal-sengal. Tapi setelah menapaki sekitar 250 anak tangga
ke atas, semua lelah terbalaskan dengan melihat pemandangan yang cantik diatas. Candi Hindu Poten di  kaki gunung terlihat kecil dan puncak gunung Batok serasa begitu dekat.

Perjalanan menuruni anak tangga tidak menjadi lebih ringan, setelah di ujung  anak tangga terakhir sudah menunggu kuda untuk dinaiki. Tak bisa menolak tawaran mereka, karena lemas lututnya, akhirnya kami berkuda ke tempat parkir mobil.  Jadi kalau dihitung-hitung berjalan kaki yang menyita energi ya hanya sewaktu naik ke kawah gunung Bromo saja, karena untuk lokasi wisata lainnya kami dihantarkan oleh mobil atau motor.
Perjalanan ke kawasan gunung Bromo ditutup dengan kembali ke desa Wonokirti dan menikmati makan siang di salah satu homestay rekanan group travel kami. Makanan apapun mungkin akan enak saja, karena perut lapar dan udara dingin, tapi kebetulan menu sambal dan lalapan rebus sawi hijau dengan ikan dan tempe goreng memang cocok. Dengan mengendarai mobil yang lebih kecil, kami berenam kembali ke kota Malang dan diantar kembali ke lokasi masing-masing. Sekitar jam 1 siang kami sudah memasuki kota Malang.

Catatan penting:
- Kalau ingin ke Bromo tapi group kecil (berdua misalnya), ikut saja open trip yang ditawarkan. Reservasi diperlukan dan tinggal menunggu dijemput di lokasi kita berada
- Cuaca di sekitar Bromo seperti di Lembang Bandung. Jaket tipis dengan pakaian dalam yang hangat sudah cukup. Hampir tak diperlukan sarung tangan, tapi kalau memang merasa dingin tinggal beli saja di pedangan asong di desa Wonokirti.
- Karena tempat wisata yang dikunjungi bagus sekali untuk berfoto, siapkan baju dengan warna yang cukup menarik. Hindarkan warna gelap seperti hitam atau abu-abu.
- Tak perlu berat-berat membawa botol minum, karena di lokasi mudah ditemukan penjual minuman botol. Membawa makanan ringan sewaktu lihat sunrise mungkin perlu, karena menunggu cukup lama diatas sana.