Seribu satu jalan menuju Roma. Potongan kalimat itu menunjukkan betapa terkenalnya Roma di Italia. Tapi kota yang menarik di Italia ternyata tidak hanya Roma. Kota-kota kecil yang menarik untuk dikunjungi kali ini adalah Arezzo, Cortona dan Orvieto di Toskana. Toskana atau Tuscany adalah provinsi yang terkenal dengan pemandangan lanskapnya yang indah. Hamparan kebun anggur berwarna kuning dan hijau yang luas diselingi kumpulan pohon cemara hijau yang tumbuh lurus ramping menjadi pemandangan yang menyejukkan dalam perjalanan dari Firenze ke Roma. Sekitar sejam berkendaraan dari kota Firenze ke arah selatan mobil diarahkan keluar jalan bebas hambatan (highway A1) untuk mengunjungi kota Arezzo.
Arezzo
Sebagai ibukota daerah Toskana tengah, Arezzo memiliki bagian kota tua dan bagian kota modern. Daerah kota tuanya tidak terlalu luas dan berada di atas bukit kecil di kota ini. Bagian bawah bukit dimana terdapat stasion kereta api adalah bagian kota yang lebih modern. Karena baru diguyur hujan, kota ini tampak sepi tidak banyak turis memenuhi jalan-jalannya.
Setelah mengunjungi kantor informasi untuk turis di Piazza della Repubblica, kami berjalan kearah bukit yang dipenuhi gedung dan gereja tua. Bagian kota tua Arezzo yang dibangun pada masa abad pertengahan bercirikan gaya arsitektur abad pertengahan yang lebih sederhana dibandingkan gaya Renaisan yang banyak ditemukan di kota Firenze. Masa abad pertengahan dikenal sebagai Middle Ages yaitu era dimulai dari abad kelima sampai ke abad keenambelas. Jalan berbatu menanjak dipadati gedung-gedung batu antik. Sebagian gedung-gedung itu sekarang berfungsi sebagai toko, cafe, restauran atau hotel.
Salah satu tujuan turis di Arezzo adalah gereja San Francesco dengan lukisan dinding (Fresco) menggambarkan legenda salib atau “Leggenda della Vera Croce” yang dibuat pada tahun 1452. Dengan berjalan kaki berkeliling selama kurang lebih satu jam, kami menikmati suasana kota tua Arezzo. Bagi yang masih ingat film Itali yang memenangkan hadiah Oscar beberapa tahun lalu, yaitu “La Vita e Bella atau Life is Beautiful”, sebagian lokasi dalam film tersebut diambil di bagian kota tua Arezzo.
Cortona
Setelah dari kota Arezzo, perjalanan dilanjutkan dengan mengunjungi kota Cortona. Sekitar setengah jam waktu yang ditempuh dari Arezzo kami sudah memasuki Cortona. Dari jauh kelihatan sekumpulan bangunan tembok kota Cortona menjulang di atas bukit. Kota Arezzo yang tadi dikunjungi berada di lembah Chiana, sehingga keberadaan kota Cortona di atas bukit dengan ketinggian sekitar 600 meter kelihatan dominan. Jalan yang ditempuh menuju Cortona berliku tajam dan menanjak serta tidak terlalu lebar. Di kiri kanan jalan tampak ladang anggur dan rumah-rumah tua yang cantik.
Dinding rumah-rumah di pedesaan Tuscany ini didominasi warna kuning kecoklatan dengan jendela berwarna hijau atau coklat tua. Selain rumah dengan dinding yang bercat kuning, juga banyak rumah berdinding batu, tapi warnanya tetap senada, yaitu kuning kecoklatan. Ladang anggur banyak yang menyisakan daun-daun berwarna kuning keemasan. Mungkin karena sudah memasuki musim gugur pemandangan ladang anggur yang hijau sudah tidak banyak dijumpai lagi.
Akhirnya kami sampai ke lapangan parkir mobil yang berada dekat pintu gerbang kota dengan daun pintunya yang besar sekali. Kota ini dikelilingi dinding batu yang berasal dari peradaban Etruscan pada masa sebelum Masehi yang kemudian dilanjutkan dengan peradaban Romawi kuno. Bagunan baru seperti hotel atau vila berada di luar tembok batu tua, menempel dan berjejer rapi di lereng bukit menghadap lembah indah di bawahnya dengan danau Trasimeno di kejauhan.
Cortona sebagai salah satu kota tua di pegunungan Toskana cukup terkenal karena buku Francis Mayes yang berjudul “Under the Tuscan Sun” yang juga sudah difilmkan. Jalanan tua Cortona yang berasal dari masa abad pertengahan serta pemandangan pedesaan yang terlihat dari sepanjang dinding kota menjadi andalan turisme kota ini.
Cortona sebagai salah satu kota tua di pegunungan Toskana cukup terkenal karena buku Francis Mayes yang berjudul “Under the Tuscan Sun” yang juga sudah difilmkan. Jalanan tua Cortona yang berasal dari masa abad pertengahan serta pemandangan pedesaan yang terlihat dari sepanjang dinding kota menjadi andalan turisme kota ini.
Pada masa lalu, Cortona adalah kota independen sebelum akhirnya dikuasai oleh Raja pada tahun 1490 yang kemudian menjualnya kepada penguasa Firenze. Karena penguasa Firenze menelantarkan Cortona, maka kota ini tetap seperti aslinya sewaktu dibangun pada masa abad pertengahan.
Jantung kota Cortona adalah Piazza della Repubblica dengan Palazzo Comunale atau balai kota dengan jam besar diatasnya. Hanya daerah sekitar Piazza della Repubblica saja yang datar di kota ini, karena tempat lainnya jalan-jalam memiliki kemiringan yang lumayan terjal. Turis di kota ini berjalan kaki menikmati suasana kota tua atau mengunjungi berbagai gereja dan museum. Jalan berbatu dan rumah-rumah berdinding batu dan bata tampak masih terpelihara. Tidak ada satu bangunan modern pun yang ada di lingkungan kota Cortona ini.
Jantung kota Cortona adalah Piazza della Repubblica dengan Palazzo Comunale atau balai kota dengan jam besar diatasnya. Hanya daerah sekitar Piazza della Repubblica saja yang datar di kota ini, karena tempat lainnya jalan-jalam memiliki kemiringan yang lumayan terjal. Turis di kota ini berjalan kaki menikmati suasana kota tua atau mengunjungi berbagai gereja dan museum. Jalan berbatu dan rumah-rumah berdinding batu dan bata tampak masih terpelihara. Tidak ada satu bangunan modern pun yang ada di lingkungan kota Cortona ini.
Berbagai toko kecil di sepanjang jalan-jalan utama Cortona menawarkan barang-barang khas daerah ini termasuk minuman anggur merahnya yang terkenal. Kerajinan keramik rupanya menjadi kerajinan khas daerah ini juga. Pengunjung yang berminat dapat mengikuti kursus membuat kerajinan keramik. Lorong-lorong dengan deretan tangga yang panjang menghias kota dimana-mana, dan dengan sentuhan bunga disana-sini lengkaplah sudah kota ini menawan hati para pengunjung
Sedikit di luar dinding Cortona, terdapat biara Le Celle dari ordo Franciscan yang dibangun oleh Santa Francis dari Asisi pada tahun 1211. Pengunjug Cortona dapat berjalan-jalan sedikit di luar dinding Cortona ke arah perbukitan dekat gereja Santa Margherita Sanctuary untuk mengunjungi vila Bramasole yang menjadi lokasi dari buku dan film “Under the Tuscan Sun”. Walau vila ini adalah milik pribadi dan tidak dibuka untuk umum, tapi kadang-kadang bila Frances Mayes sedang berada disana dia mengizinkan pengunjung untuk mengunjungi kediamannya.
Orvieto
Tidak jauh dari kota Arezzo menjelang kota Roma, terletak kota bersejarah lainnya yaitu Orvieto. Kota ini sudah termasuk daerah Umbria yang juga terkenal karena alamnya yang indah seperti Toskana dan hasil anggurnya. Orvieto dengan dinding kuno di sekelilingnya berada di dataran luas di puncak bukit yang berasal dari batuan vulkanik. Jalan menuju kesana cukup curam dan berkelok-kelok. Seperti halnya Cortona, sekeliling Orvieto adalah dataran rendah sehingga keberadaan kota ini sudah tampak terlihat dari jauh.
Orvieto dikenal sebagai kota kuno yang merupakan peninggalan pusat peradaban Etruscan. Kota ini digabung ke kota roma pada abad ketiga sebelum Masehi. Hubungan erat kota ini dengan penguasa gereja sudah dimulai semenjak abad ke sepuluh.
Tidak lama setelah jalan mulai mendatar di atas bukit, terdapat lokasi tempat parkir kendaraan. Dengan berjalan kaki pengunjung menyusuri jalanan batu yang diapit bangunan-bangunan tua. Jalanan sempit ini memang hanya digunakan untuk pejalan kaki. Sore itu masih banyak pengunjung menikmati suasana kota tua Orvieto. Pengunjung dapat duduk-duduk di kursi sambil menikmati kopi atau minuman anggur di depan restaurant di sepanjang jalan. Suasananya terasa tenang, damai, tidak ada hiruk pikuk. Mungkin juga karena sudah terlalu sore, sehingga toko-toko sudah banyak yang tutup. Tidak heran kalau Orvieto dikenal sebagai kota penghasil kerajinan keramik, ini tampak dari berbagai hiasan keramik yang tertempel di dinding bangunan.
Berbagai peninggalan peradaban Etruscan banyak ditemukan di Orvieto, seperti ratusan batu makam yang berada di kaki bukit Orvieto yang dikelilingi pepohonan persik, apel dan anggur. Orvieto terkenal juga karena adanya jalinan gua dan terowongan bawah tanah, yang dikenal sebagai kota di bawah tanah. Terbuat dari batuan vulkanik, jalinan terowongan, tangga, lorong dan ruang-ruang bawah tanah ini terbentuk selama berabad-abad. Konon, banyak rumah-rumah keluarga kaya Orvieto memiliki hubungan dengan lorong-lorong bawah tanah ini, sehingga mereka dapat melarikan diri ke luar tembok kota sewaktu ada serangan. Sekarang, lorong-lorong bawah tanah itu dapat dikunjungi pengunjung disertai pemandu khusus. Pintu masuk ke atraksi lorong bawah tanah ini tidak jauh dari area parkir mobil.
Sore itu badan sudah terasa penat dan perjalanan ke Roma masih sekitar 45 menit lagi. Karena musim gugur, langit jam enam sore sudah terlihat mulai gelap. Tujuan perjalanan berikutnya adalah Roma.